Senin, 04 Februari 2013

Pelajaran dari benang ruwet

benangkusut1 300x244 Pelajaran dari benang ruwet

Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku
sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke
atas dan bertanya, apa yang ia lakukan.
Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu diatas sehelai kain. Tetapi
aku memberitahu kepadanya, bahwa yang aku lihat dari bawah adalah benang ruwet.

Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut, “Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini, nanti setelah selesai, engkau akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas”.
Aku heran mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih begitu semrawut
menurut pandanganku.
Beberapa saat kemudian aku mendengar suara ibu memanggil, “Anakku, mari kesini dan duduklah di pangkuan ibu”.
Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan
matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku
lihat hanyalah benang-benang yang ruwet. Kemudian ibu berkata, “Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas engkau dapat melihat keindahan dari apa yang ibu
lakukan”.
Sering selama bertahun-tahun, kita melihat ke atas dan bertanya kepada Allah Bapa, “Bapa, apa yang Engkau lakukan?”.
..~Benang yang Ruwet~..
Ia menjawab, “Aku sedang menyulam kehidupanmu” . Dan aku membantah, “Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?”. Kemudian Bapa menjawab, “Anakku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini, satu saat nanti aku akan memanggilmu ke surga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu”.
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”. (Yer 29 : 11)

JANGAN TAKUT, PERCAYA SAJA

Pernahkah anda berpikir untuk apa hidup ini? Pernahkah anda merasa kesal pada kehidupan ini? Pernahkah anda merenungkan, dan bertanya dalam hati, serta menyesali keberadaan anda di dunia ini? Pernahkah anda berpikir untuk lebih baik mengakhiri saja semua ini? Karena segala sesuatu nampak sia-sia. Segala sesuatu nampak tak punya arti. Dan segala sesuatu nampak hanya mengarah kepada kegagalan, penderitaan dan sakit hati saja. Ya, kita semua sekali waktu pernah merasa sia-sia, gagal dan tak punya arti apa-apa di tengah kehidupan yang demikian penuh gejolak ini. Kita terpencil jauh di dalam hari-hari yang terasa kian memanjang dan tanpa ujung ini.

Kita menangis di tengah tawa ria lingkungan. Kita tersudut sendiri dan tersisih di tengah keramaian dan kecemerlangan dunia yang hiruk pikuk. Kita tersiksa oleh rasa sakit hati, dendam, rasa pahit, perih dan ketakberdayaan menghadapi dan menerima segala dakwaan, kutuk dan pandangan lingkungan kita. Kita bahkan merasa kehilangan diri kita sendiri saat kita ingin menyadari keberadaan kita. Kita merasa tak punya arti apa-apa lagi. Kita kehilangan diri kita. Bahkan untuk menangis pun kita tak punya tenaga lagi. Hanya rasa hampa tetapi penuh kemarahan yang memenuhi hati dan jiwa kita saja. Kita pasrah walau ingin melawan. Kita gagal dan tak mampu bangkit lagi. Kita pasrah dan mau semuanya ini segera berakhir. Ah, pernahkah anda mengalami semua ini, temanku?

Suatu ketika, Nietzhe mengatakan bahwa, “Dia yang mengetahui untuk apa dia hidup, akan sanggup mengatasi hampir semua yang terjadi atas dirinya”. Maka saat kita kehilangan diri kita, saat kita tidak tahu untuk apa lagi kita hidup, saat kita merasa tidak lagi berguna, kita pun tak lagi mampu untuk menghadapi kehidupan ini. Kita tidak sanggup lagi untuk tertawa dan merasa bahagia. Segala canda tawa dari seputar kita akan nampak sebagai ejekan yang langsung menikam jiwa kita. Kita menjadi manusia yang praktis lumpuh dan gagal untuk punya arti lagi di dunia ini. Mengapakah semua itu terjadi? Mengapakah? Nasib Nietzhe pun pada akhirnya berakhir secara tragis di sebuah rumah sakit jiwa setelah menyatakan bahwa Tuhan sudah mati.

Sebagai manusia, kehidupan kita amat saling bergantung dan berhubungan satu dengan yang lain. Sebagai manusia, kita hidup dengan segala sesuatu yang ada di luar kita. Namun, pada dasarnya, kita ini tetap sendirian dengan perasaan kita masing-masing. Pemikiran-pemikiran kita dan perasaan-perasaan kita saling terkait tetapi sering tidak berhubungan. Inilah paradoks hidup. Tak seorang pun yang mampu menembus dinding perasaan yang kita pasang untuk menabiri perbuatan kita. Tak seorang pun. Apa yang kita rasakan, jauh tersembunyi dalam hati kita. Tangisan yang ada di dalamnya, rasa sakit, perih dan dendam mengendap jauh, tersembunyi dari senyuman di wajah kita. Perasaan kita bisa jadi suatu yang amat misterius dan hanya kita sendiri yang mampu merasakannya. Terkadang, bahkan kita sendiri gagal untuk menyadarinya. Kita tak mampu untuk mengendalikan jiwa kita sendiri. Dan sayangnya, hal demikian tak jarang terjadi.

“Jangan takut, percaya saja” demikian suatu ketika Yesus berkata kepada Yairus saat orang-orang memberitakan kematian putrinya. Dan memang, putrinya itu pada akhirnya sembuh kembali. Jangan takut, percaya saja. Pernahkah kita berdiri di sisi Tuhan dengan keyakinan itu? Pernahkah kita berkata kepada dunia, bahwa kita tidak pernah merasa takut untuk hidup karena kita percaya pada kata-kataNya? Pernahkah kita dengan keyakinan yang sama menerima dan menghadapi segala penderitaan, kekerasan, pengkhianatan, pemerkosaan, dan saat kita difitnah oleh dunia? Pernahkah kita percaya dalam saat kita merasa bahwa kita telah ditinggalkan, dihempaskan, sendirian dan merasa tak berdaya dan gagal dalam mencapai apa yang ingin kita inginkan? Pernahkah kita berseru bahwa kita berani untuk hidup karena kita percaya padaNya. Ya, jika kita merasa berani untuk mati demi Tuhan, mengapa kita takut untuk hidup? Hidup atau mati, semua itu milik Tuhan. Dan dengan keyakinan kita pada Sang Pencipta, mengapa kita takut untuk hidup? Mengapa kita perlu merasa gagal dan tak berdaya? Mengapa kita harus takut menghadapi semua penderitaan dan tuduhan-tuduhan dunia? Mengapa? Bukankah itu berarti bahwa kita ternyata gagal untuk percaya kepadaNya?

“Marilah kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” Marilah kita yang merasa tanpa arti dan guna lagi, untuk tidak perlu merasa takut dan tetap percaya bahwa di dalam kesementaraan hidup di dunia ini, kita takkan pernah akan ditinggalkan oleh Tuhan, walau sering kita merasakan demikian. Karena, bahkan Yesus pun merasakan hal yang sama, ditinggalkan oleh BapaNya sehingga Dia berseru,” Allahku, ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” saat tergantung di tiang salibNya. Ya, kita sebagai manusia, memiliki banyak kesalahan dan kelemahan namun jangan takut, percaya saja. Dengan demikian, segala rasa duka, nyeri, sakit hati dan sesal akan menjadi tidak berarti lagi karena kita tahu bahwa suatu hari kelak, saat waktunya tiba, kita mampu berdiri di depan Dia sambil berkata, “Aku tidak takut Tuhan, karena aku percaya kepadamu”. Dunia, apalah artinya di depan Dia yang menciptakannya? Bukankah begitu, temanku?

Patah Hati

"Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;"

Bagi teman-teman yang pernah merasakan patah hati tentu tahu betapa sakit rasanya. Saya bertemu dengan banyak orang yang mengalami hal ini dan sulit sembuh untuk waktu yang cukup lama. Saya sendiri pernah mengalaminya sehingga tahu bagaimana rasanya. Tidak gampang untuk menghadapi kenyataan berakhirnya sebuah hubungan cinta yang mungkin sudah terjalin sekian lama. Ada banyak kenangan indah di masa lalu yang akhirnya harus berakhir. Ada banyak harapan dan impian yang terpaksa harus kandas di tengah jalan. Jika putus baik-baik saja sudah sakit, apalagi jika sebuah hubungan itu berakhir dengan tidak baik. Rasa patah hati akan ditambah pula dengan rasa sakit hati pun mungkin bisa menetap di dalam diri kita, menorehkan luka hingga waktu yang lama. Tidak jarang pula hal ini membuat harga diri yang mengalaminya terhempas hancur dalam sekejap mata.  Luka-luka yang timbul dari patah hati akibat putusnya hubungan cinta memang sangat menyiksa dan tidak akan mudah dilupakan. Beberapa dari yang saya kenal kemudian sulit untuk memulai hubungan lagi dan hidup diliputi kesedihan dan kekecewaan bertahun-tahun, bahkan ada yang sampaia puluhan tahun. Ada yang memilih lari kepada obat-obatan untuk mengurangi keperihan akibat lukanya. Ada pula yang tidak tahan lagi terhadap rasa sakit dan memilih untuk mengakhiri hidupnya. Jika anda sedang mengalami patah hati hari ini, jangan bertindak gegabah dengan melakukan sesuatu yang nantinya akan anda sesali. Renungan hari ini mudah-mudahan bisa menguatkan anda.

Ayat bacaan hari ini berbicara secara spesifik akan hal itu. "Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka." (Mazmur 147:3). Tidakkah sangat melegakan bagi kita jika mengetahui bahwa Tuhan tahu persis bagaimana rasa sakit yang ditimbulkan dari patah hati? Bukan sekedar tahu bahwa itu sakit sekali, Tuhan bahkan berjanji untuk menyembuhkan dan membalut luka-luka ini secara langsung dengan tanganNya sendiri. Minimal sekarang kita tahu bahwa kita tidak sendirian untuk menghadapinya. Tuhan siap membantu dan merawat anda hingga pulih seperti sediakala. Jadi ketika mengalami patah hati, setidaknya kita tahu bahwa disana kita akan mengalami langsung bagaimana Tuhan merawat dan menyembuhkan kita. Dia siap untuk melakukan itu bagi anak-anakNya yang mau mengandalkannya dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan seperti itu.

Dalam keadaan seperti apapun sesungguhnya kita harus tahu bahwa Tuhan akan selalu menyertai kita. Dalam hidup ini akan selalu saja ada tekanan-tekanan dan rasa sakit. Jika tidak kita sikapi dengan baik, itu bisa meruntuhkan kita dalam sekejap mata, setiap saat. Tapi kabar baiknya, Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita menjalani itu semua sendirian. Rasa sakit memang pasti akan kita alami, namun dengan pertolongan Tuhan kita pasti akan diteguhkan dan kembali pulih seperti sedia kala. Firman Tuhan berkata: "janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." (Yesaya 41:10). Kita tidak perlu bimbang apalagi takut.

Dalam kesempatan lain firman Tuhan berbunyi: "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati" (Ulangan 31:8). Tuhan telah berjanji berulang-ulang bahwa Dia tidak akan pernah membiarkan kita berjalan sendirian di tengah kecamuk perasaan dan kehancuran hati. Dia siap untuk hadir dan memberikan pertolongan, membalut luka kita dan menjagai kita hingga sembuh.

Apabila di antara teman-teman ada yang mengalami rasa sakit yang begitu dalam akibat patah hati hari ini, janganlah tergoda untuk melakukan tindakan gegabah yang bisa menghancurkan hidup menuju kebinasaan. Sebaliknya, datanglah kepada Tuhan dengan membawa hati kita yang tengah terkoyak-koyak parah dengan luka perih. Curahkan semua perasaan anda di hadapanNya, dan mintalah pertolonganNya, maka Tuhan sendiri yang akan membalut luka-luka itu satu persatu dan dengan penuh kasih sayang merawat kita hingga sembuh. Dari pengalaman saya sendiri, meski itu sakit sekali rasanya, saya sudah merasakan langsung bahwa pada saatnya Tuhan benar-benar memulihkan diri saya, tepat seperti perkataanNya. Jika ini berlaku buat saya, mengapa tidak buat anda? Satu sisi positif yang saya dapat sebagai pelajaran adalah, justru di saat sakit seperti itulah saya bisa mengalami langsung bagaimana luar biasanya kuasa Tuhan dalam menyembuhkan kita dari luka parah akibat patah hati ini. Sekarang juga, datanglah kehadapanNya dan bawa hati kita yang tengah luka dan hancur, dan alamilah secara langsung bagaimana luar biasanya Tuhan menyembuhkan luka anda dalam waktu yang jauh lebih cepat dari yang anda kira.

Tuhan peduli dan selalu siap menyembuhkan luka-luka yang timbul akibat patah hati

JANGAN BANGKITKAN SAKIT HATI TUHAN!

"Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami, dan tiadakanlah sakit hati-Mu kepada kami."  Mazmur 85:5

Saudara pernah mengalami sakit hati?  Tentu jawabannya  "ya"  ketika dikhianati oleh teman dekat, ditinggalkan oleh orang yang dicintai, ditipu kolega dan sebagainya.  Tetapi orang yang menyimpan sakit hati pasti tidak bisa tidur nyenyak, makan pun terasa tidak enak, bahkan segala aktivitas yang kita lakukan pasti terasa tidak comfortable.  Mungkin telinga kita telah sangat familiar dengan lagu dangdut yang didendangkan oleh almarhum Meggy Z., di mana ada liriknya yang mengatakan,  "Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati."  Saudara lebih memilih sakit gigi atau sakit hati?  Siapa pun kita pasti tidak akan memilih kedua-duanya.  Bagaimana kalau yang merasakan sakit hati ini adalah Tuhan?

     Mengapa Tuhan sampai sakit hati?  Ini semua karena ulah bangsa Israel, bangsa yang sangat dikasihi Tuhan telah mengenyam kebaikan Tuhan tapi mengkhianatiNya dengan melakukan penyembahan berhala dan berpaling kepada ilah-ilah lain.  Itulah sebabnya Daud berdoa memohon pengampunan kepada Tuhan,  "Untuk selamanyakah Engkau murka atas kami dan melanjutkan murka-Mu turun-temurun?"  (Mazmur 85:6).  Di dalam Alkitab dinyatakan bahwa jika orang melakukan penyembahan berhala dan tidak bertobat dari kelakuannya, Tuhan akan menghukum keturunannya sampai kepada keturunan yang ketiga.  Tertulis:  "Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,"  (Keluaran 20:5).  Tetapi jika anak atau cucumu bertobat, maka kutuk yang ditimpakan kepada mereka akan terputus.  Sakit hatinya Tuhan jangan samakan dengan sakit hati kita.  Sakit hati Tuhan menunjukkan bahwa Dia adalah Pribadi yang sangat membenci dosa dan segala bentuk kenajisan.

     Masih adakah berhala dalam hidup kita?  Berhala tidak harus dalam wujud patung atau sesembahan;  segala sesuatu yang membuat hari kita berpaling dari Tuhan adalah berhala.  Bisa berupa hobi, uang (harta), pekerjaan, suami, isteri, anak dan sebagainya.  Jangan bangkitkan sakit hati Tuhan!

"Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena Tuhan, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu."  Keluaran 34:14

Kesembuhan KASIH KARUNIA

Kita sering terjebak dengan sebuah lingkaran “perbuatan”. Apa yang kita lakukan dan usahakan tetapi tidak pernah cukup, tidak pernah puas bahkan cenderung tidak pernah yakin. Betul tidak ya?
Yakin tidak ya?
Orang sering tertipu, apabila memandang setiap hubungan di dalam kehidupan ini didasarkan perbuatan:
-    Keselamatan dan statuka  – hubungan kita dengan Allah
-    Harga diri – hubungan kita dengan diri sendiri
-    Rasa aman dan rasa memiliki – hubungan kita dengan orang lain
-    Prestasi dan keberhasilan – hubungan kita dengan masyarakat
Contoh jemaat Galatia (Gal 4:4-7)
Perbedaan Hamba dan Anak
Hamba
-    Diterima dan dihargai atas dasar apa yang dilakukan
-    Memulai pekerjaan dengan perasaan kuatir dan cemas
-    Diterima karena pekerjaannya.
-    Diterima karena produktifitasnya dan perbuatan
-    Ia akan aman apabila telah membuktikan kemampuannya melalui pekerjaan, besok memulai dengan cemas dan seterusnya
-    Jika hamba gagal, pekerjaan menjadi taruhan dan mungkin akan kehilangan pekerjaan, kepercayaan tuannya atau di pecat
Seorang Anak
-    Statuka
-    Bersandar pada kasih saying dan rasa aman sebagai seorang keluarga
-    Diterima karena hubungan keluarga
-    Kedudukannya sebagai pribadi
-    seorang anak akan aman sepanjang hari
-    jika seorang anak gagal , ia akan berduka karena menyakiti hari orang tuanya dan akan sikapnya akan diperbaiki dan didisiplin ia tidak takut dibuang, keyakinan yang mendasar adalah pada perasaan dimiliki dna dikasihi dan perbuatannya tidak mengubah kestabilan posisinya.
Penyebab utama dari masalah emosi/rohani yang paling mengganggu orang Kristen ialah kegagalan menerima dan menjalani Kasih Karunia Allah.
Kehidupan Kristen yang didasarkan atas perbuatan-perbuatan dan tingkah laku kita berasal dari kesombongan diri.
Mengapa?
Kesombongan membangun kehidupan seseorang berdasarkan kebohongan-kebohongan. Kebohongan terjadi apabila segala sesuatu tergantung kepada  apa yang kita lakukan dan seberapa baik kita melakukan pada usaha dan perbuatan kita. Bahaya dari kesombongan ini akan meluas ke setiap segi kehidupan dan menentukan terhadap hubungan-hubungan kita kepada Allah dalam hal keselamatan. Hubungan kepada diri sendiri dalam aspek harga diri dan hubungan kita dengan orang lain dimana ada rasa aman, kepuasan dan kesuksesan.
David Seamand menyimpulkan Kesombongan berlawanan dengan Kasih karunia. Tiga Penghambat Kasih karunia
  • Bergantung pada diri sendiri (seberapa banyak kita berdoa, membaca FA bekerja dna bersaksi). Kasih karunia bebas untuk meminta kasih karunia bergantung pada Allah. Allah kita adalah sumber kasih karunia (1 John 4:16   16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih,  dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia) (1 John 4:8  8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih ——- implikasinya: Apabila seseorang tidak mendasarkan kehidupannya dalam kasih karunia Allah, dapat dikatakan ia tidak hidup dengan Allah.
  • Individualisme , Kasih karunia diterima melalui hubungan dengan Allah. Tidak ada orang Kristen berjuang sendiri. “tanpa Aku, engkau tidak dapat berbuat apa-apa”.
  • Akttivisme, Anda akan dapat melakukan/menjadi/memperoleh apa saja yang benar-benar anda inginkan jika anda bekerja cukup keras. Kita harus menjadi pelaku (Yak 1:22) semua perbuatan baik diperintahkan kepada kita, namun tidak pernah sebagai suatu cara untuk memenangkan atau mendapatkan persetujuan Allah.
Dari point  diatas :
  • Apakah anda menyadari sepenuhnya bahwa kehidupan anda hidup dalam kasih karunia atau tidak?
  • Mengerti dan merasakan Kasih karunia akan mengubah nilai, pola pikir seseorang terhadap Allah, diri sendiri dan orang lain. Apakah itu anda dapat rasakan?
  • Seberapa penting kasih karunia dalam kehidupan orang percaya?
Secara fakta, seringkali terdapat salah persepsi, yaitu:
  • Orang cenderung melihat kasih karunia saat keselamatan saja, berpikir bahwa kasih karunia baru dimulai saat keselamatan—- faktanya: kasih karunia Allah sudah ada bahkan sejak dunia belum dijadikan
  • Banyak orang cenderung memandang bahwa setelah keselamatan tidak ada kasih karunia —- faktanya: kasih karunia menjadi dasar hidup orang percaya sampai pada akhirnya.
  • Kasih karunia hanya untuk orang yang mengenal Yesus —- faktanya: kasih karunia Allah disediakan untuk setiap orang. Yang membedakan adalah bahwa orang yang percaya Allah dengan benar pastilah akan menghidupinya dengan cara yang benar
Kesimpulan:
Saat orang tidak hidup dalam kasih karunia Allah, maka akan timbul kerusakan hubungan dengan :
-    Allah — inilah mengapa orang memerlukan kasih karunia dari Allah
-    Diri sendiri — orang akan mengalami keruskan identitas
-    Orang lain —- muncul penghakiman, penipuan, kepahitan

Pengampunan

Kepahitan sering terletak di balik ketidaksanggupan kita untuk
mengampuni dan diampuni.

Pengampunan tidak membutuhkan suatu keahlian tertentu, tetapi pengampunan hanya memerlukan kehendak kita. Ya, kehendak untuk mau mengampuni orang yang sudah melukai kita.
Mengapa kita perlu mengampuni?
Pertama, karena pengampunan adalah perintah Allah. “Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Matius 6:14,15) . Jika kita tidak mengampuni orang lain, maka kita berdosa terhadap Allah (Kolose
3:13)
Kedua, pengampunan dilakukan untuk menghindari jerat si setan. Jika kita tidak mengampuni, maka kita memberikan kesempatan kepada Iblis untuk merusak – bahkan menghancurkan – kehidupan, persekutuan dan pelayanan kita (Efesus 4:26-27). Apabila kita tidak dapat mengampuni ini berarti sebuah undangan terbuka kepada Iblis.
Ketiga, kita mengampuni karena Kristus telah mengampuni kita sehingga kita tidak lagi berada dalam luka batin, kepahitan. Jika kita tidak mengampuni orang lain, maka kita tidak memahami keagungan pengampunan yang telah diberikan kepada kita dalam Kristus Yesus (Matius 18:21-35). Paulus menulis, “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Efesus 4:31,32).
Ketidakmampuan mengampuni menjadikan kepahitan, hal ini bukan hanya berdampak pada jiwa melainkan berdampak pada hubungan dengan Allah dan pertumbuhan rohani.
Hasil pengampunan membuat kita dibebaskan dari kemarahan, kebencian, kepahitan, dan keinginan untuk membalas dendam.

RASA MALU Bebas dari Aib Dalam keluarga

 

Rasa malu adalah suatu perasaan yang berasal dari emosi negative dalam diri seseorang. Rasa malu muncul pertama kali ketika manusia jatuh dalam dosa. Bandingkan rasa malu manusia pertama di Kej 2:25 dg Kej. 3:7-8, disitulah terletak bahwa manusia memiliki rasa malu karena keadaannya. Genesis 2:25 25 Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. Genesis 3:7-8  7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. 8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Rasa malu disini dimulai dari cara memandang sesuatu dan membandingkan dengan keadaan sekitar atau situasi sebelumnya.
Rasa malu dalam KAMUS BESAR
berarti :
  • Perasaan tidak enak karena dianggap hina atau dianggap rendah ditengah-tengah orang lain yang memiliki standar, prinsip, nilai-nilai, etika dan moral. Misal : orang merasa malu karena karena ada anggota keluarga yang memiliki penyakit kelainan jiwa karena dianggap ada keluarga yang tidka normal.
  • Perasaan yang muncul karena melakukan sesuatu perbuatan yg dianggap kurang baik, kurang benar, berbeda dengan kebiasaan atau mempunyai cacat atau kekurangan berdasarkan nilai-nilai di lingkungan. Misalnya : Malu karena ada anggota keluarga yang masuk penjara karena mencuri atau korupsi.
  • Seseorang yang segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat terhadap orang lain. Misalnya seseorang yang merasa tidak mampu berbicara didepan orang lain karena dari kaluarga yang udik atau rendah.
  • Sumber-sumber Rasa malu (Aib) Dalam Keluarga
  1. Faktor Keturunan
  • Rasa malu yang diturunkan atau diwariskan
    Banyak orang tua yang malu dengan kondisi dalam keluarga yang secara tidak sadar diwariskan kepada anak-anaknya. Orang tua yang memiliki perasaan tidak berharga. Perasaan yang merasa bahwa dirinya bukanlah seseorang yang berhak merasa bangga. Bahkan mungkin merasa diri ini hina, kotor dan tidak layak sehingga anak-anaknyapun memiliki perasaan yang sama seperti yang dirasakan orang tuanya.
  • Rasa malu yang diajarkan

    Ada orang tua yang mengajarkan kepada anak-anaknya tentang aib yang terjadi dalam keluarga supaya tidak diceritakan kepada orang lain dan mengajarkan rasa malu itu kepada anak-anaknya. Hal itu dapat terjadi dengan cara tidak membicarakan apa yang terjadi dalam kehidupan keluarganya kepada orang lain. Kita diajar untuk malu saat kita gagal memenuhi standar atau harapan orang tua, standar berpenampilan, standar berprestasi dan finansial.
  1. Disfungsi Keluarga
    Disfungsi dan rasa malu dapat menjadi akar dan buah. Menjadi akar masalah dimana keluarga yang disfungsi membuat anggota keluarganya menjadi malu yang pada akhirnya memunculkan rasa malu – begitu sebaliknya, rasa malu adanya aib membuat anggota keluarga menjadi disfungsi.
  • Contoh Disfungsi memunculkan rasa malu : ada seorang ayah yang alkoholik dan depresi, ia tidak dapat berperan sebagai ayah yang benar. Dari ketidakfungsian suami maka istrinya akan menjadi pekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dari ketidakfungsian ayah ada anak-anaknya yang harus bekerja walaupun belum cukup umur guna kecukupan keluarga. Sehingga antara ibu dan anaknya menutupi kebiasaan suami/ayah nya.
  • Contoh Rasa malu membuat disfungsi : perceraian dalam keluarga membuat anak-anaknya bertumbuh lebih cepat. Anak-anak yang seharusnya masih membutuhkan perlindungan orang tuanya terpaksa malah harus melindungi orang tuanya. Misalnya ada anak sulung yang masih usia 15 tahun tetapi kerena orang tuanya bercerai ia menjadi tempat curhat ibunya dan sekaligus harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
  1. Faktor Traumatis-luka
    Ada pengalaman-pengalaman yang menyakitkan dan membekas yang membuat seseorang memiliki rasa malu. Misalnya pengalaman tidak naik kelas dan muncul rasa malu karena dianggap bodoh.
  • Hal-hal di masyarakat yang seringkali dianggap aib dalam keluarga
    Setiap budaya dan adat istiadat memiliki tatanan nilai dan moral yang berbeda-beda dalam memandang aib. Jadi aib seseorang tidak dapat digeneralisasi secara luas budaya satu dengan yang lain berbeda. Beberapa nilai yang sering dianggap aib oleh masyarakat adalah:
  1. Perceraian- menjadi single parent kadang-kadang dianggap aib dalam keluarga
    Ada perasaan malu memiliki orang tua yang mengalami perceraian. Perasaan malu anak-anak ketika ditanya tentang status orang tua, keberadaan/keadaan orang tua. Misalnya gimana ayahmu, dimana ibumu? Banyak anak menjawab baik-baik saja.
  2. Incest, hubungan perkawinan sedarah.
  3. Anggota keluarga yang berjudi, alkoholik, narkoba-kecanduan
  4. Anak tidak naik kelas
  5. Ada anggota keluarga yang mengalami sakit psikis atau cacat mental (ada anggota keluarga yang gila, depresi, autis, lumpuh)
  6. Anggota keluarga yang bunuh diri
  7. Anggota keluarga yang memiliki penyakit menahun (stroke, kusta)
  8. Ada kawin cerai dalam keluarga
  9. Hamil di luar pernikahan
  10. Terlilit Hutang
  11. Ada anggota keluarga yang bekerja tidak halal, sebagai contoh menjadi PSK, calo, jambret atau rampok
  12. Anggota keluarga yang masuk penjara.
  13. Konflik dan pertengkaran dalam keluarga
  • Reaksi Negatif Akibat Adanya Aib dalam keluarga
    Setiap orang memiliki mekanisme yang salah untuk memiliki rasa aman dan nyaman terbebas dari rasa malu akibat adanya aib dalam keluarga.
  1. Menutupi
    Ada orang yang menghindari pertemuan dengan masyarakat/tetangga karena takut orang lain tahu realitas kehidupan di rumahnya. Anggota keluarga yang menjadi menutup diri karena kejadian tersebut sehingga menghindari persahabatan dan pertemuan dengan orang lain. Cara yang lain, ada banyak alasan supaya orang lain tidak main/berkunjung kerumahnya.
  2. Mengabaikan
    Setiap masalah diabaikan seolah-olah seperti tidak ada kejadian apa-apa. Sehingga orang tersebut mengabaikan perasaan-perasaannya. Dia menjadi cuek dengan keadaan dalam rumah/keluarganya sehingga menjadi tidak empati dan care dengan orang lain dalam keluarga.
  3. Melarikan diri
    Hal ini bisa menjadi pola yang sama ketika aib yang dialami keluarga berhubungan dengan kecanduan dan orang untuk terbebas dari rasa malu lari kepada perilaku-perilaku kecanduan.
  4. Menyalahkan pihak lain
    Supaya tetap tianggap baik, maka cara yang dilakukan harus ada pihak lain yang disalahkan baik orang lain atau bahkan Tuhan.
  5. Membenarkan diri
    Ketika tidak orang lain yang disalahkan maka cara terbebas dari rasa malu dalam keluarga adalah membenarkan diri.
  • Prinsip Firman Tuhan tentang Rasa Malu dan Aib
    • Tuhan menghapuskan rasa malu
      Isaiah 25:8 a akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan ALLAH akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab TUHAN telah mengatakannya.
    • Membebaskan perasaan dan pelanggaran orang lain
      Proverbs 17:9
      9 Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangki perkara, menceraikan sahabat yang karib.

    • Menyerahkan perasaan malu kepada Tuhan
      Psalm 37:5
      5 Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;

      Psalm 55:22 Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.
    • Kasih menutupi rasa malu
      1 Peter 4:8 Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.
    • Jeremiah 11:20 Tetapi, TUHAN semesta alam, yang menghakimi dengan adil, yang menguji batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.
  • Langkah-langkah Mengatasi Aib dalam keluarga
    • Bersikaplah apa adanya, tidak perlu berusaha menutup-nutupi keadaan orang lain.
    • Apabila ada hal-hal yang tidak sesuai lingkungan sekitar, aturan masyarakat bicarakanlah sebagai satu bagian membangun komunikasi dalam keluarga
    • Akui dihadapan Allah apabila ada perasaan malu dalam keluarga.
  • Kesimpulan
    Rasa malu atau aib dalam keluarga seringkali membuat anggota keluarga berjuang dalam setiap waktu untuk menutupi, sehingga membuat semua anggota keluarga tidak bertumbuh dalam kasih karunia Tuhan, untuk memandang keadaan secara benar. 2 Peter 3:18 Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.